Kemajuan Teknologi dan Pengaturan Keuangan Keluarga
Diberitakan dalam okezone.com bahwa ada realitas yang mencolok pada zaman milenium saat ini. Berbagai gaya hidup dan kebiasaan belanja masyarakat ternyata tidak mencerminkan keadaan keuangan mereka yang sebenarnya. Lihat saja pada negara sekelas Amerika Serikat (AS). Lihat saja pada negara sekelas Amerika Serikat (AS). Tidak kurang 79juta masyarakat AS, pada zaman milenium ini, hanya terdiri dari sejumlah pengangguran, bahkan mahasiswa pun terbebani dengan berbagai pinjaman.
Kondisi itu sungguh mengenaskan. Namun, disitu kita bisa melihat bagaimana biaya hidup yang mahal tidak ditunjang dengan pendapatan yang cukup. Selain itu, pengaruh gaya hidup mempengaruhi kebiasaan sehari-hari dalam mengelola keuangan.
Dengan begitu, tampil konsumtif bukan berarti hidupnya memang sudah sejahtera. Hal ini perlu dicermati karena generasi muda adalah penerus penggerak ekonomi bangsa, bahkan dunia. Generasi yang lahir di era milenium harus mempunyai bekal pengetahuan dan kesadaran tentang perencanaan keuangan. Hal itu karena, di masa ini, segala aspek kehidupan sudah sangat dimudahkan dengan adanya teknologi.
Kemudahan yang diberikan oleh teknologi itu bukan berarti gratis. Akan tetapi, semua itu berbayar atau memerlukan uang untuk bisa memanfaatkannya. Anak-anak tidak lagi jajan di warung dengan bujet di bawah Rp.20.000,00. Kemudahan teknologi mempermudah jajan secara online yang menawarkan banyak pilihan. Sehingga, kebutuhan jajan bisa lebih dari Rp.100.000,00.
Kemudahan itu tidak hanya dinikmati oleh anak-anak, tetapi oleh semua orang. Ini menjadi perhatian penting karena kebiasaan menabung generasi milenial menjadi dipertanyakan.
Sudah menjadi kebiasaan umum bahwa menabung adalah hal penting dalam perencanaan keuangan. Setiap orang tua dan guru harus mengenalkan kebiasaan menabung. Selain itu, penting juga menanamkan kesadaran untuk memilah antara kebutuhan dan keinginan.
Membelanjakan uang karena kebutuhan adalah yang harus lebih diutamakan. Sementara belanja karena keinginan bisa dipertimbangkan ulang. Apakah keinginan itu sesuai dengan kebutuhan atau keinginan semata.